PENGANTAR PRAGMATIK
Sejarah Lahirnya Pragmatik
Sejarah lahirnya pragmatik dari pandangan awal Charles W. Morris pada tahun 1938, yang memperkenalkan istilah ini sebagai bagian dari semiotika, yang juga mencakup semantik dan sintaksis. Morris berargumen bahwa pragmatik mempelajari hubungan antara tanda dan interpretasinya dalam konteks komunikasi. Ilmu pragmatik kemudian berkembang di Eropa selama periode 1940-an. Pada tahun 1960, Michael Halliday mengembangan sebuah teori sosial yang menjadikan bahasa sebagai sebuah fenomena sosial. Perkembangan pragmatik berlanjut pada tahun 1960-an di Amerika Serikat terutama melalui karya J.L. Austin, yang dikenal dengan bukunya How to Do Things with Words (1962). Austin memperkenalkan konsep tindak tutur, yang membedakan antara tuturan performatif dan konstatif, serta mengembangkan gagasan tentang lokusi, ilokusi, dan perlokusi. John Searle, murid Austin, juga berkontribusi pada pengembangan pragmatik dengan fokus pada tindak tutur dan implikatur percakapan. Selain Morris, Austin, dan Searle, ada beberapa tokoh penting lain yang berkontribusi signifikan terhadap perkembangan pragmatik yaitu seperti Paul Grice dikenal dengan teori implikatur percakapan (conversational implicature) dan prinsip kerja sama (cooperative principle). Grice menjelaskan bagaimana kita secara implisit menyampaikan dan memahami makna yang tidak diucapkan secara eksplisit dalam percakapan. Stephen Levinson & Mey mereka mengembangkan teori kesantunan (politeness theory) yang menjelaskan bagaimana orang menggunakan bahasa untuk menjaga hubungan sosial dan menghindari konflik dan Sperber & Deirdre Wilson mereka mengusung teori relevansi (relevance theory), yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses inferensi di mana pendengar berusaha mencari interpretasi yang paling relevan dari suatu ujaran.
Pragmatik lahir karena adanya kesadaran para ahli bahasa untuk meneliti bahasa secara lebih kontekstual.
Istilah Pragmatik
Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa dan maksud tuturan melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya. Dalam linguistik, pragmatik merupakan salah satu bagian dari semiotika. Prinsip-prinsip di dalam pragmatik meliputi maksud dan tuturan. Sementara aspek yang dilibatkan dalam pragmatik ialah unsur bahasa, penutur bahasa dan penafsir bahasa. Pragmatik mengkaji makna kontekstual atau makna situasional berdasarkan latar tempat, latar waktu, partisipan, tujuan topik dan media komunikasi. Acuan dalam analisis makna pada komunikasi lisan di dalam pragmatik menggunakan teori tindak tutur. Selain itu, pragmatik juga mengkaji tentang wacana.
Contoh Pragmatik:
1. "Jam berapa Sekarang?" (diucapkan saat rapat yang membosankan) artinya ingin rapat cepat diakhiri karena membosankan.
2. "Kamu pintar, kok" (diucapkan setelah seseorang melakukan kesalahan) artinya sebagai sindiran karena yang dilakukan salah.
kedudukan Pragmatik dalam Tataran Linguistik
Pragmatik dianggap sebagai salah satu cabang ilmu linguistik
yang penting karena mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks sosial dan
situasional. Berbeda dengan semantik yang lebih fokus pada makna kata secara
leksikal, pragmatik menekankan bagaimana konteks memengaruhi interpretasi
makna. Pragmatik juga memiliki hubungan erat dengan sosiolinguistik, yang
mengkaji variasi bahasa dalam konteks sosial. Dalam hal ini, pragmatik membantu
memahami bagaimana faktor sosial seperti status, pendidikan, dan situasi
berpengaruh terhadap penggunaan bahasa. Pragmatik tidak hanya terkait dengan
sosiolinguistik, tetapi juga dengan cabang linguistik lainnya seperti sintaksis,
struktur kalimat (sintaksis) dapat mempengaruhi interpretasi pragmatik. Urutan
kata, intonasi, dan struktur kalimat lainnya dapat memberikan petunjuk tentang
maksud pembicara, selanjutnya psikolinguistik yang mempelajari bagaimana orang
memproses dan memahami bahasa. Pragmatik berkontribusi pada pemahaman tentang
bagaimana konteks memengaruhi pemrosesan bahasa dan yang terakhir ada analisis wacana
dimana pragmatik memberikan kerangka kerja untuk menganalisis wacana, yaitu
urutan ujaran yang saling berhubungan, dan bagaimana makna dibangun dalam
interaksi.
Perlunya Mempelajari Pragmatik
- Pemahaman Konteks: Pragmatik membantu individu memahami bagaimana konteks mempengaruhi makna komunikasi. Ini sangat relevan dalam interaksi sehari-hari dan komunikasi lintas budaya.
- Penggunaan Bahasa yang Efektif: Dengan memahami aspek pragmatik, seseorang dapat menggunakan bahasa dengan lebih efektif sesuai dengan situasi dan audiensnya.
- Analisis Tindak Tutur: Kajian pragmatik memungkinkan analisis mendalam terhadap tindak tutur atau tuturan dalam berbagai situasi komunikasi, sehingga dapat mengidentifikasi maksud di balik ucapan.
- Komunikasi Antarbudaya: Memahami perbedaan pragmatik antarbudaya dapat memahami kesalahpahaman dan meningkatkan efektifitas komunikasi.
- Terapis bahasa dapat menggunakan prinsip-prinsip pragmatik untuk membantu individu dengan gangguan komunikasi sosial (misalnya, autisme) meningkatkan kemampuan interaksi mereka.
Dengan memahami pragmatik, kita dapat menjadi komunikator yang lebih efektif, pendengar yang lebih baik, dan lebih mampu memahami nuansa komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan. Pragmatik bukan hanya teori linguistik, tetapi juga alat praktis untuk meningkatkan kualitas interaksi kita dengan orang lain.
Komentar
Posting Komentar