Mengkaji Tanah Air Mata Dalam Peringatan Bulan Bahasa Narawita Fest 2024
Mengkaji Tanah Air Mata
Dalam Peringatan Bulan Bahasa Narawita Fest 2024
“Tanah Air Mata”
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
Tanah airmata tanah tumpah darahku
Mata air airmata kami
Air mata tanah air kami
Di sinilah kami berdiri
Menyanyikan airmata kami
Di balik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Di balik etalase megah gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita kami
Kami coba simpan nestapa kami
Kami coba kuburkan duka lara
Tapi perih tak bisa sembunyi
Ia merebak kemana-mana
Bumi memang tak sebatas pandang
Dan udara luas menunggu
Namun kalian takkan bisa menyingkir
Kemana pun melangkah
Kalian pijak air mata kami
Kemana pun terbang
Kalian kan hinggap di air mata kami
Ke mana pun berlayar
Kalian arungi air mata kami
Kalian sudah terkepung
Takkan bisa mengelak
Takkan bisa kemana pergi
Menyerahlah pada kedalaman air mata kami
Metafora Tanah Air Mata
Puisi ini menggunakan metafora kuat antara "tanah
air mata" dan "mata air airmata kami". Metafora ini
menggambarkan bahwa tanah air bukan hanya tempat kelahiran atau kebanggaan,
tetapi juga saksi dari penderitaan dan kesedihan.
Gambaran Tanah Air Mata
Penyair menggunakan
imaji visual dan kinestetik untuk menggambarkan kondisi tanah air yang bertentangan.
Imaji visual seperti pada baris “Mata air airmata kami” membuat pembaca membayangkan
limpahan air mata sebagai sumber air, sedangkan imaji kinestetik seperti
“menyanyikan airmata kami” membuat pembaca merasakan kesedihan melalui lagu.
Realita Tanah Air Mata
Kontras antara kemegahan fisik “etalase megah
gedung-gedungmu” dengan perasaan dalam “perih kami”, “duka lara” menunjukkan
realitas bahwa meskipun ada kemajuan dan kemegahan, namun penderitaan dan
kesakitan tidak dapat sepenuhnya disembunyikan.
Unsur Tanah Air Mata
Puisi ini mengandung unsur kritik sosial terhadap penderitaan
yang mungkin terjadi di tengah kemajuan sebuah negara. Meski ada harapan untuk
menyembunyikan penderitaan, namun “perih tak bisa sembunyi” dan “merebak
kemana-mana”. Ini menunjukkan betapa seriusnya penderitaan yang dialami oleh
masyarakat.
Amanat Tanah Air Mata
Puisi ini menyampaikan kepada pembaca untuk tidak mengabaikan atau menghindari penderitaan yang ada di sekitar mereka, melainkan untuk menerima dan berusaha memahaminya. Penerimaan terhadap kedalaman air mata di sini menjadi simbol untuk menghadapi realitas yang keras namun juga memberi harapan untuk perubahan yang lebih baik.
Dokumentasi:
Komentar
Posting Komentar